Penulis: Dr. Eng. Sapto Andriyono, S.Pi., M.T (news.unair.ac.id)
SULAWESI TENGAH terletak di jantung Pulau Sulawesi pada 2 ° 22 ‘LU- 3 ° 48’ LS dan 119 ° 22 ‘E-124 ° 22’ E. Garis khatulistiwa melintasi provinsi dengan luas sekitar 61.841,29 km2. Salah satu potensi daerah di provinsi ini adalah potensi perairan umum pedalaman yang meliputi danau air tawar dan beberapa sungai.
Keberadaan danau di kawasan ini menjadi esensial dan menjadi sumber air tawar bagi masyarakat. Dengan perairan tersebut, maka potensi perikanan yang ada juga menjadi sangat penting dan cukup andal dalam memenuhi kebutuhan protein hewani, sekaligus menjadi sumber mata pencaharian dengan kegiatan budi daya dan perikanan yang cukup tinggi.
Daerah yang merupakan bagian dari garis Wallacea, ichthyofauna di daerah ini memiliki tingkat endemisitas yang tinggi, baik di perairan danau maupun sungai. Beberapa penelitian melaporkan ikan goby air tawar endemik di Sulawesi Tengah (Mugilogobius amadi dan M. sarasinorum) merupakan endemik di Danau Poso. Lebih lanjut, laporan lain menyebutkan bahwa ada ikan padi endemik Adrianichthyidae dan Zenarchopteridae halfbeak di Sulawesi Tengah.
Semakin sedikit peneliti dan ahli taksonomi menyebabkan eksplorasi spesies endemik di kawasan ini semakin terbatas. Dinyatakan bahwa laporan ilmiah tentang ikan endemik, asli, dan introduksi belum terdokumentasi dengan baik. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dalam penelitian tersebut ditemukan 18 famili dan 27 genus ikan di 11 danau dan 15 spesies di antaranya merupakan spesies endemik.
Ikan endemik ini berasal dari genus Adrianichthys (empat spesies), Oryzias (enam spesies), Mugilogobius (dua spesies), dan Nomorhamphus (tiga spesies). Penelitian di beberapa sungai di Kabupaten Banggai juga telah dilakukan dengan memperoleh 20 Gobiidae dan enam spesies Eleotridae. Dilaporkan dari 10 sungai yang telah disurvei, spesies Lentipes mekonggaensis merupakan spesies yang mendominasi di wilayah tersebut. Di antara sejumlah spesies tersebut, kelompok Gobi menjadi sangat populer dan banyak diminati sebagai ikan hias.
Di wilayah Kabupaten Luwuk Banggai, Ordo Gobioidei, taksa relatif kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan jenis ikan lain sebagai objek penelitian. Banyak penelitian yang telah dilaporkan menyebutkan bahwa terdapat beberapa spesies endemik dari pulau-pulau sekitar Sulawesi.
Beberapa spesies tersebut menjadi sumber protein bagi masyarakat lokal sebagai ikan konsumsi. Beberapa jenis ikan gobi yang menjadi komoditas ikan hias memiliki warna yang menarik dan menjadi salah satu komoditas ekspor yang potensial, meskipun kekhawatiran tentang populasi ikan di alam perlu diwaspadai.
Penelitian sebelumnya menegaskan bahwa Gobiidae adalah ikan air tawar terbesar kedua di Indonesia setelah Cyprinidae. Namun, Keluarga Gobiidae mendominasi wilayah Indonesia Timur. Dalam studi ini, tiga sungai disurvei untuk melihat potensi ikan gobi di daerah ini.
Studi ini mulai mengumpulkan database ikan gobi potensial sebagai komoditas ikan hias dan budidaya. Penelitian ini diharapkan dapat dilakukan lebih mendalam untuk menghindari kesalahan dalam taksonomi dengan menggabungkan identifikasi morfologi dengan identifikasi molekuler yang saat ini berkembang sangat pesat.
KEANEKARAGAMAN IKAN GOBY
Hasil inventarisasi ikan di tiga sungai di Banggai, diperoleh 131 spesimen, meliputi 26 spesimen dari sungai Salodik, 29 spesimen dari Sungai Kintom, dan 76 spesimen dari sungai Simpong. Spesimen dari Sungai Simpong, spesies Sicyopus zosterophorus mendominasi dari Famili Oxudercidae, sedangkan Redigobius sp. (Gobiidae) mendominasi di Sungai Kintom. Dilihat dari lebar badan sungai, Sungai Simpong merupakan sungai terbesar di antara yang lain dengan air yang cukup tinggi dibandingkan dengan sungai lainnya.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa Famili Oxudercidae / Sicydiinae mendominasi di semua habitat, sebagian besar adalah Lentipes mekonggaensis dan Sicyopus zosterophorus.
ENDEMISITAS DAN BIODIVERSITAS SULAWESI
Peneliti lokal dan internasional telah menggali potensi perikanan air tawar di Sulawesi Tengah. Di beberapa danau bahkan menjadi kawasan penting bagi spesies endemik dan perlu mendapat perhatian serius. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa di Danau Poso ditemukan jenis ikan endemik, yaitu Adrianichthys kruyti, A. oophorus, A. poptae, Oryzias nigrimas, O. orthognathus, A. roseni, dan O. nebulosus. Oryzias soerotoi di Danau Tiu, O. bonneorum, dan O. sarasinorum di Danau Lindu.
Studi lain telah dilakukan di tujuh wilayah di Sulawesi Tengah dan menemukan 18 famili yang terdiri dari 27 marga. Di antara ikan-ikan tersebut, 15 spesies endemik di 3 danau yaitu Danau Poso, Danau Lindu, dan Danau Tiu. Akan tetapi, ditemukan bahwa pengintaian 23 spesies spesies yang dikhawatirkan bersifat invasif dan dapat menurunkan jumlah ikan endemik di kawasan ini.
Sementara itu, di bagian lain Sulawesi teridentifikasi berbagai spesies endemik yang menambah sejumlah spesies penting untuk tujuan konservasi. Danau Towuti di Sulawesi Selatan juga ditemukan ikan endemik Telmatherina celebensis yang merupakan ikan pelangi Sulawesi, Parantherina striata. Bahkan di kompleks Danau Malili (yang meliputi Danau Matano, Danau Towuti, Danau Mahalona, Danau Wawantoa, dan Danau Masapi) juga tidak lepas dari keberadaan spesies endemik yang tidak bisa diabaikan.
Selain ekosistem tergenang (lentik), ekosistem aliran (lotik) juga merupakan kawasan esensial untuk distribusi perikanan air tawar yang cukup esensial. Beberapa sungai di Sulawesi Tengah juga menjadi habitat beberapa spesies unik.
Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa di dua sungai di Sulawesi Tengah (sungai berkembang biak dan Sungai Koyoan) terdapat 17 spesies eksotik dari famili Gobiidae dan Eleotridae. Selanjutnya, penelitian dikembangkan di delapan sungai berbeda di provinsi tersebut, yang menerima 20 spesies Gobiidae dan enam spesies Eleotridae. Dalam penelitian ini diharapkan dapat melengkapi database ikan goby yang ada di wilayah ini.
Ikan sungai air tawar di Banggai berhasil dikumpulkan. Ada 131 spesimen dari tiga sungai, 26 spesimen dari Sungai Salodik, 29 spesimen dari Sungai Kintom, dan 76 spesimen dari Sungai Simpong. Spesies Sicyopus zosterophorus mendominasi dari Family Oxudercidae, sedangkan Redigobius sp. (Gobiidae) ditemukan di Sungai Kintom.
Sungai Simpong memiliki keanekaragaman yang tinggi dibandingkan dengan 2 sungai lainnya (Sungai Kintom dan Sungai Salodik) dengan nilai indeks Shannon Wiener (H ‘) 2,6313. Ciri khas sungai Simpong mungkin memiliki kemiripan dengan Sungai Kintom dengan uji kemiripan yang menyatu dalam satu klade, sedangkan Sungai Salodik memiliki keunikan dibandingkan sungai lainnya. Diperlukan studi lebih lanjut mengenai karakteristik fisik dan kimia semua sungai di wilayah studi. (*)
Tinggalkan Balasan