SIGI, KAIDAH.ID – Generasi muda di Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng), menggelar Workshop Penguatan Kapasitas Lembaga Adat se Wilayah Lindu. Acara yang berlangsung pada 4-6 November 2021 di Desa Anca itu, menghadirknan 70 peserta dari Desa Puro, Langko, Tomado, Anca dan Olu di kecamatan itu.
Koordinator workshop, Sujarno mengatakan, pihaknya menggelar workshop itu, karena meliht kecenderungan pelaksanaan adat yang berbeda-beda antara satu desa dengan desa lainnya di wilayah keadatan Lindu.
“Padahal, semua orang mengenal adat Lindu itu hanya satu, tapi masing-masing desa-desa cenderung berbeda-beda. Nah, workshop ini dimaksudkan untuk menyatukan persepsi tentang Adat Lindu itu,” kata Sujarno, Selasa, 9 November 2021.
Menurut Sujarno, Adat Lindu harus terus terpelihara agar setiap kampung tetap menjadi kuat dari pengaruh budaya luar yang masuk ke wilayah Lindu.
“Maroso ada manimpu ngata, ketika adat itu kuat maka kampung itu akan terpelihara” kata Sujarno.
Ketua Panitia Workshop Penguatan Kapasitas Lembaga Adat Lindu, Adolf Bastian Tentenabi menjelaskan, workshop ini dilaksanakan, karena adanya keresahan anak muda Lindu, yang sudah semakin jauh dari aturan adat.
Itu terjadi, katanya, karena banyak anak muda yang sudah bersosialisasi dengan komunitas di perkotaan sehingga tidak paham dengan aturan adat Lindu.
“Karena keidakpahaman itulah sehingga membuat anak muda lupa akan aturan adat Lindu. Workshop ini bermaksud memberikan pemahaman kembali kepada anak muda Lindu, agar tidak meninggalkan adat istiadat kita,” jelas Adolf.
Dia bilang, jika generasi muda Lindu tidak diberikan pemahaman tentang aturan adat, lama kelamaan adat Lindu akan terus tergerus dimakan zaman sehingga wilayah Lindu yang identik dengan masyarakat adat akan sirna dengan sendirinya.
“Kalau kita tidak paham dan abai terhadap adat Lindu, yakinlah kita tidak akan bisa memelihara adat itu dengan baik. Kalau kita paham maka aturan adat Lindu ini akan terus terpelihara dan terus lestari sepanjang zaman,” ucap Adolf Bastian.
Dokter Nirwansyah Parampasi, salah seorang yang disebut-sebut sebagai bakal calon Bupati Sigi pada Pemilu 2024 nanti, dundangan hadir dalam workshop tersebut. Warga mengundangnya, karena dalam beberapa diskusi informal, mereka mengenal Direktur Rumah Sakit Umum Madani Palu itu juga punya pemahaman mengenai adat dan budaya yang baik.
“Maka kami mengundang beliau, menjadi salah satu pembicara pada acara penutupan workshop. Beliau banyak memberikan masukan kepada kami mengenai pentingnya menjaga aturan adat di zaman modern saat ini,” kata Adolf.
Sujarno menambahkan, pihak panitia mengundang Dokter Nirwansyah Parampasi atau yang dikenal dengan sapaan Om Dokter itu, karena ia dinilai sebagai salah seorang pemerhati budaya di Palu.
“Kehadiran Dokter Nirwansyah Parampasi, selain dapat memberikan masukan, juga menambah semangat anak muda untuk terus memperkuat tradisi dan adat Lindu,” imbuh Sujarno.
Nirwansyah Parampasi menyampaikan, budaya dan adat istiadat merupakan identitas bangsa yang harus dihormati dan dijaga, serta perlu dilestarikan. Agar semua itu tidak hilang dan dapatisa menjadi warisan anak cucu kelak.
“Untuk menjaga adat dan budaya kita, tidak hanya diserahkan kepada para Totua Nu Ada (orang tua adat) dan Totua Ngata (orang tua kampung) semata, tetapi juga harus menjadi tanggung jawab para generasi muda, karena ketahanan budaya merupakan salah satu Identitas suatu negara kita,” kata Om Dokter memberi pesan.
Adat dan kebudayaan Lindu, kata Dokter Nirwansyah Parampasi, adalah harta yang bernilai cukup tinggi dan tak dapat dihargai dengan materi.
“Maka dengan melestarikan adat dan budaya Lindu, sama artinya kita menjaga budaya bangsa dari pengaruh budaya asing,” tandas Dokter Nirwansyah Parampasi. (Adv)
Tinggalkan Balasan