PALU, KAIDAH.ID – Upacara Panganugerahan Gelar Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan Republik Indonesia, kepada Tomboloutu dan beberapa tokoh lainnya, akan diserahkan oleh Presiden Joko Widodo, pada Rabu, 10 November 2021 jam 10.00 WITA di Istana Negara Jakarta.
Anugerah Gelar Pahlawan Nasional kepada Tombolotutu itu, berdasarkan Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 109/TK/2021 Tentang Penganugerahan Pahlawan Nasional.
Dari ratusan tokoh yang diajukan sebagai calon Pahlawan Nasional, Pemerintah Republik Indonesia hanya dapat menetapkan empat orang tokoh pejuang sebagai Pahlawan Nasional, yaitu Tombolotutu dari Sulawesi Tengah, Sultan Aji Muhammad Idris (Kalimantan Timur), Aji Usmar Ismail (DKI Jakarta), dan Raden Arya Wangsa Kara (Banten).
“Empat tokoh itu dipilih karena memenuhi syarat seperti pernah berjuang hingga banyak melahirkan manfaat bagi kemajuan negara,” kata Menkopolhukam, Mahfud MD.
Pihak Istana Negara telah mengundang perwakilan ahli waris untuk menerima Penganugeragan Gelar Pahlawan Nasional tersebut. Dari Palu, Sulawesi Tengah, Andi Mulhanan Tombolotutu menjadi perwakilan ahli walis Tombolotutu. Andi Mulhanan adalah cicit dari Tombolotutu.
Selain ahli waris, pemerintah juga gubernur untuk hadir bersama-sama pada upacara penganugerahan tersebut.
Saat ini, ahli waris Tombolotutu yang diwakili Andi Mulhanan Tombolotutu telah berada di Jakarta dan telah selesai mengikuti breafing serta gladi di Kementerian Sosial.
Andi Mulhanan Tombolotutu, mengatakan, pihak keluarga tidak pernah mengusulkan gelar kepahlawanan kepada kakek mereka itu.
“Sesungguhnya itu bukan inisiatif dari keluarga, karena kami menyadari betul, bukan hanya beliau yang melakukan perlawanan terhadap penjajah di masa itu. Masih banyak tokoh di daerah ini yang juga sangat pantas untuk diberi gelar Pahlawan Nasional,” kata Mulhanan Tombolotutu.
Menurut mantan Wakil Wali Kota Palu dua periode itu, gelar Pahlawan Nasional yang disematkan kepada kakek mereka, karena pihak akademisi yang membentuk tim peneliti dari berbagai perguruan tinggi, mulai dari Universitas Tadulako Palu, Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu (dulunya IAIN) dan Universitas Halu Uleo, Kendari.
“Pihak akademisi kemudian meminta dukungan dari keluarga atas aktivitas riset yang mereka lakukan. Ahamdulillah, sesudah sekian tahun melakukan riset hingga ke perpustakaan Belanda, Arsip Nasional dan berbagai sumber, akhirnya upaya itu berbuah hasil. Tentu sebagai Pahlawan Nasional pertama di Sulteng,” kata Mulhanan.
Menurut Mulhanan, anugerah Pahlawan Nasional itu tidak saja menjadi kebanggaan keluarga, tapi juga menjadi kebanggaan masyarakat Sulawesi Tengah. *
Tinggalkan Balasan