PALU, KAIDAH.ID – Partai Persatuan Pembangunan (PPP)  Kota Palu kini punya ketua yang baru. Namanya Sauqi Husen Maskati atau yang akrab disapa Oki Maskati. Anak muda itu nekat meninggalkan zona nyaman sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), dan mengarahkan “kiblatnya” ke partai politik berlambang Ka’bah tersebut.

Sebagai Ketua PPP Kota Palu, Oki Maskati telah dikukuhkan secara resmi pada puncak peringatan Hari Lahir ke 49 PPP, yang berlangsung pada Rabu, 5 Januari 2022 malam di halaman kantor DPW PPP Provinsi Sulteng. Oki Maskati didampingi oleh Muhammad Nasir sebagai sekretaris dan Faruq Djavar Nasar, owner Warkop Auk, sebagai bendahara.

Berikut kutipan wawancara kaidah.id dan Oki Maskati:

Kaidah: Assalamu’alaikum. Bagaimana kabar?

Oki: Alhamdulillah, kher (baik)

Kaidah: Selamat, Anda telah dikukuhkan sebagai Ketua DPC PPP Kota Palu. Kenapa memilih menjadi politikus, padahal Anda sudah nyaman sebagai seorang aparatur sipil negara?

Oki: Terima kasih. Ini soal pilihan Bung. Saya memilih melepas baju ASN dan berkhidmat di PPP adalah pilihan dan itu menjadi hak azasi setiap warga negara. Soal zona nyaman atau tidak, bagi saya, itu hanyalah permainan pikiran orang saja. Yang pasti, di manapun seseorang berkhidmat, baik di ASN, Polri, TNI, swasta atau apa saja, jika pikirannya mengatakan itu adalah zona nyaman maka akan nyaman juga dia berlakon.

PPP – Ketua DPC PPP Kota Palu, Oki Maskati (kemeja putih) bersama Bendahara PPP Kota Palu, Faruq Djavar Nasar (Foto: ist)

Kaidah: PPP itu partai Islam di Indonesia. Apakah Anda yakin, bisa berkompetisi di pentas politik Kota Palu?

Oki: Begini Bung, saya sangat menyadari bahwa PPP di Kota Palu memang belum dianggap sebagai kempetitor oleh partai-partai lain. PPP juga belum berhasil mendudukan kadernya di parlemen, tetapi dengan kekuatan besar yang kami miliki saat ini, sebuah rumah besar bagi umat Islam yang dihuni kelompok milenial dan tokoh-tokoh penting di Kota Palu, kami yakin akan dapat berkompetisi di panggung politik di Kota Palu. Insya Allah, target besar PPP pada Pemilu 2024 nanti, paling kurang mendapat tiga kursi di DPRD.

Kaidah: Apakah target Anda itu bukan sebuah mimpi di tengah kesiapan infrastruktur partai politik yang sudah mapan saat ini di Kota Palu?

Oki: Bung, saya mau bilang begini, segala sesuatu di bumi ini hanyalah nisbi. Semuanya fana. Tidak ada yang kekal. Hari ini partai lain boleh kuat dan mapan dan partai lain boleh menjadi pemenang pada kontestasi politik pada Pemilu sebelumnya. Tetapi jika Allah berkehendak, insya Allah PPP bisa membalikan keadaan itu. Tak perlu kami menjadi pemenang, tapi paling tidak kami bisa mendapatkan tiga kursi di DPRD Kota Palu.

Kaidah: PPP kan partai Islam, berlambang Ka’bah. Bagaimana pandangan Anda mengenai politik dalam Islam?

Oki: Islam adalah agama universal, ada di semua unsur kehidupan, mulai dari politik, negara dan Tanah Air ini adalah bagian dari islam. tidak ada yang namanya pemisahan antara agama dan politik. karena politik bagian dari risalah Islam yang kaffah atau komprehensif. Dengan begitu, politik itu adalah fitrah. Maka saya mengutip perkataan Imam Al Ghazali:  “Memperjuangkan kebaikan ajaran agama dan mempunyai kekuasaan politik (penguasa) adalah saudara kembar. Agama adalah dasar perjuangan, sedang penguasa kekuasaan politik adalah pengawal perjuangan. Perjuangan yang tak didasari (prinsip) agama akan runtuh, dan perjuangan agama yang tak dikawal akan sia-sia”. Inilah yang bagi saya, politik itu fitrah. Maka saya memilih PPP sebagai medan perjuangan saya. Maka saya membuat tagline PPP adalah Rumah Besar Umat Islam.

Kaidah: Dengan begitu, Anda menganggap berpolitik itu wajib?

Oki: Iya dong. Karena, jika kewajiban menyampaikan nilai kebaikan Islam itu, tak akan bisa berjalan secara efektif, kalau tidak berpolitik. Dengan begitu, berpolitik itu menjadi wajib pula hukumnya. Inilah yang menjadi dasar saya memilih PPP dan berjuangan bersama teman-teman demi kebesaran PPP yang berlandaskan Pancasila untuk tegaknya NKRI.

Kaidah: Baik, terima kasih sudah menyediakan waktu wawancara.

Oki: Ok syukran. (*)