PALU, KAIDAH.ID – Pertumbuhan ekonomi nasional diproyeksikan mencapai 4,8-5,6% pada 2025 dan 4,9-5,7% pada 2026, didorong peningkatan konsumsi, investasi, serta ekspor yang tetap solid, meski ada perlambatan ekonomi global.
“Inflasi nasional diproyeksikan terkendali di level 2,5% ± 1% pada 2025 dan 2026, berkat konsistensi kebijakan moneter, fiskal, serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Selain itu, pertumbuhan kredit diperkirakan meningkat ke kisaran 11-13%,” ungkap Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tengah, Hartawan.
Rony Hartawan menyampaikan ini, dalam Dialog Prospek Ekonomi 2025 yang digelar Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Sulteng, Senin, 13 Januari 2025, di Sriti Convention Hall, Palu.
Dia menjelaskan, untuk Sulawesi Tengah, perekonomian menunjukkan capaian positif dengan pertumbuhan 9,08% (yoy) pada triwulan III 2024, meski melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,75% (yoy).
Dia menyebutkan, pertumbuhan ini didorong oleh sektor industri pengolahan, pertambangan, dan konstruksi. Di sisi pengeluaran, kontribusi utama datang dari ekspor barang dan jasa, investasi, serta konsumsi rumah tangga.
Inflasi Sulawesi Tengah pada triwulan III 2024 tercatat sebesar 2,26% (yoy), melandai dibandingkan triwulan sebelumnya (2,82% yoy). Tren penurunan ini sejalan dengan inflasi nasional. Namun, tantangan tetap ada, terutama dari faktor eksternal seperti disparitas harga di luar Sulteng dan ketidakpastian ekonomi global.
LIMA REKOMENDASI
Untuk menjaga stabilitas sekaligus mendorong transformasi ekonomi Sulteng, Bank Indonesia merumuskan lima rekomendasi kebijakan, yaitu:
- Memperkuat stabilitas ekonomi daerah melalui koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan pelaksanaan tujuh program GNPIP, seperti penguatan ketahanan pangan, distribusi yang lancar, pasar murah, hingga digitalisasi data.
- Mendorong permintaan domestik untuk menjaga daya beli masyarakat.
- Meningkatkan produktivitas dan kapasitas ekonomi nasionalmelalui industrialisasi berbasis sumber daya hayati dan mineral, terutama nikel.
- Memperkuat pembiayaan ekonomi daerah, termasuk akses ke kredit yang lebih luas.
- Mempercepat transformasi ekonomi digital, untuk mendukung efisiensi dan inklusi keuangan.
“Sinergi antar-pemangku kepentingan menjadi kunci untuk memastikan transformasi ekonomi Sulteng berjalan lancar, dengan fokus pada pertumbuhan yang berkelanjutan dan stabil,” tandas Rony Hartawan. (*)
Pewarta: Moch. Subarkah
Tinggalkan Balasan