Dramaturgi Sekolah Sukma Bangsa Sigi
oleh Erick Tamalagi, Stafsus Menteri Pertanian RI

SEPTEMBER 2018, tidak akan terlupakan bagi siswa siswi SLTP dan SLTA Sukma Bangsa, di Dolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng). Ercik Tamalagi, Stafsus Menteri Pertanian RI, menulis sebuah dramaturgi tentang sekolah itu di media ini. Simak liputannya.

Keceriaan anak-anak di usia mereka, seketika terengut hanya dalam hitungan menit ketika bencana alam melanda Kota Palu, Sigi dan Donggala, 29 September 2018 jelang maghrib.

Ya, 98 persen siswa dan siswi Sukma Bangsa adalah penyintas bencana, atau anak-anak yang selamat dari bencana September 2018.

Jangan bicara masa depan pendidikan mereka, sudah selamat saja adalah sebuah suka cita yang tak terkira, dibanding ribuan orang yang meregang nyawa karena bencana itu, bahkan banyak yang sampai saat ini jenazahnya belum ditemukan.

Yesiah Ery Tamalagi atau karib dengan nama Erick Tamalagi (celana hijau) saat foto bersama dengan pihak Sekolah Sukma Bangsa Sigi | Foto: Sukma Bangsa/Kaidah

Hampir lima tahun, kami bertemu kembali di salah satu wilayah Kabupaten Sigi, tempat sekolah ini berada. Keinginan melihat bagaimana sekolah ini mengajarkan pertanian dan perkebunan pada siswa-siswinya, mengantarkan kunjungan pada Rabu, 20 September 2023 siang.

Bukan hanya lahan pertanian dan perkebunan yang menarik perhatian kami, tapi keceriaan di wajah anak-anak ini sungguh membuat terharu.

“Saya mendapatkan harapan masa depan saya, Pak. Saya belajar hidroponik dan berkebun. Orang tua saya memang petani Pak, tapi petani coklat dan bersawah. Kami semua senang Pak, sungguh senang sekali,” kata seorang siswi yang berjalan bergandengan tangan di antara banyaknya siswa dan siswi pada saat makan siang.

Oh iya, jam makan siang di sekolah ini, berarti antre di depan pantri makanan dengan tertib, mengambil lauk pauk yang disediakan sesuai porsi makan siswa, lalu duduk dengan tertib di sejumlah meja aula, yang dapat menampung seratusan orang.

API YANG NYARIS PADAM BERGANTI SEMANGAT

“Selain pertanian dan perkebunan, pendidikan vokasi lainnya yang kami berikan adalah membatik, mengenal pekerjaan potong memotong rangka baja ringan.

Selain itu, setiap pagi siswa dan siswi mendapatkan siraman rohani, yang Muslim tadarrusan, yang Nasrani Saat Teduh.

Kepala Sekolah SMP Sukma Bangsa Sigi Muh.Dzofir, Kepala Sekolah SMA Sukma Ratna Sari Dewi, dan Direktur Sekolah Sukma Bangsa Sigi Nurhayati membenarkan itu.

Tidak terasa, tahun depan sekolah ini akan meluluskan angkatan pertama anak-anak penyintas gempa 2018.

Sekolah ini dibangun pada 2019 silam. Dananya dari pengumpulan donasi Dompet Kemanusiaan Media Grup (DKMG) dan mulai menerima peserta didik pada tahun ajaran 2020-2021.

Di sini para anak didik hanya boleh menggunakan gadget pada Sabtu dan Ahad, agar mereka benar-benar fokus selama proses belajar mengajar.

Tapi sebelum kelulusan siswa pada pekan pertama November nanti, phak sekolah akan melaksanakan Open House Sekolah Sukma Bangsa, agar yang sudah dilakukan selama tiga tahun, dapat terpublis untuk diketahui masyarakat luas.

“Biarlah harapan yang kini kembali menyala dalam setiap diri para siswa, bisa menular pada kawan-kawannya yang lain,” kata Ketua Panitia Open House Ichwan Singgi dan Kepala TU Sekolah Sukma Bangsa Muhammad Iqra.

Sungguh, tak ada lagi kecemasan di mata anak didik yang kami saksikan siang ini. Api yang nyaris padam, kini berganti dengan semangat meraih masa depan yang gemilang saat mereka masuk ke ruang kelas usai istrahat dan makan siang. (*)