PALU, KAIDAH.ID – Seorang praktisi hukum di Palu, Fransiscus Manurung mengatakan, Pilkada Sulawesi Tengah 2024, akan diikuti pasangan Ahmad Ali-Abdul Karim Al Jufri (BerAmal), Anwar Hafid-Reny Lamadjido (BERANI), dan petahana Rusdy Mastura-Sulaiman Agusto Hambuako (Sangganipa).

Namun, seorang praktisi hukum di Palu, Fransiscus Manurung, dalam cuitannya di facebook menilai, meski secara resmi terdapat tiga pasangan yang berlaga, tetapi kontestasi ini, kata dia, sejatinya adalah pertarungan antara dua kekuatan besar saja.

Fransiscus Manurung menilai, salah satu pasangan sudah tidak lagi kompetitif secara elektabilitas, tertinggal jauh dari dua pasangan lainnya.

“Secara kuantitatif elektabilitas, salah satu pasangan sudah tidak mungkin terkejar dalam waktu singkat. Ini menunjukkan bahwa Pilgub Sulteng 2024 pada dasarnya adalah pertarungan head to head antara dua kandidat yang memiliki basis dukungan kuat,” kata Frans, sapaan akrabnya.

ELEKTABILITAS MENENTUKAN ARAH PERTARUNGAN

Menurut dia, pemilihan umum, termasuk Pilgub, adalah aktivitas demokrasi yang dapat diukur dan dihitung, baik proses maupun hasilnya.

Berdasarkan kalkulasi tersebut, kemenangan dan kekalahan biasanya sudah dapat diprediksi, jauh sebelum hari pemungutan suara.

Hal ini juga berlaku pada Pilgub Sulteng 2024, hasil sementara elektabilitas para pasangan calon, sudah dapat menjadi indikasi siapa yang berada di puncak persaingan.

“Kita bisa melihat pola ini. Meskipun secara formal ada tiga pasangan, namun hanya dua pasangan yang benar-benar berpotensi bersaing ketat, untuk mendapatkan suara terbanyak. Pasangan yang tersisa sepertinya sudah kehilangan daya saing,” nilainya.

MEMBACA REALITAS POLITIK

Membaca realitas politik, kata dia, bukan hanya soal melihat angka survei, tetapi juga menangkap dinamika yang terjadi di lapangan.

Banyak orang mungkin hanya melihat secara permukaan, namun bagi pengamat yang cermat, tanda-tanda kekuatan politik sebenarnya sudah bisa terbaca, jauh sebelum pemungutan suara.

“Memahami politik itu ibarat membaca. Kita tak hanya melihat, tetapi juga menangkap gejala dan memaknainya. Saat membaca politik, kita tak hanya menggunakan mata, tetapi juga pikiran dan akal budi,” tambahnya.

Lantas, pasangan mana yang dianggap sudah tidak lagi kompetitif? Frans Manurung enggan menyebut secara langsung pasangan dimaksud.

Tetapi, ia mengajak publik melihat berbagai indikator, yang menunjukkan bahwa salah satu pasangan, masih tertinggal dalam survei elektabilitas dan kekuatan politik.

“Nah itu dipandang sulit untuk bangkit dalam waktu singkat,” ujarnya di status Facebook dan mengizinkan kaidah.ID mengutipnya.

Dengan demikian, meskipun secara formal ada tiga pasangan, pertarungan politik, sesungguhnya hanya antara dua kekuatan besar yang kini bersaing ketat, merebut hati pemilih Sulawesi Tengah.

Pilkada yang dijadwalkan pada 27 November 2024 nanti, akan menjadi saksi apakah prediksi ini benar adanya atau sebaliknya. (*)

Editor: Ruslan Sangadji