RENUNGAN KISAH BUYA HAMKA: Dalam suasana Pilkada Sulawesi Tengah yang semakin memanas, ada sebuah kisah menarik yang mengingatkan kita untuk merenungi sikap dan tindakan dalam mencari keburukan lawan politik.

Kisah ini berasal dari ulama besar, Buya Hamka, yang pernah bertemu dengan seorang lelaki, yang terheran-heran menemukan pelacur di Tanah Suci Makkah.

Suatu hari, seorang lelaki menemui Buya Hamka dan bercerita: “Subhanallah Buya. Sungguh saya tidak menyangka. Ternyata di Makkah itu ada pelacur, Buya. Kok bisa ya Buya? Ih. Ngeri,” kata lelaki itu.

Buya Hamka menjawab: “Oh ya?. Padahal, saya baru saja pulang dari Los Angeles dan New York. Dan masya Allah, ternyata di sana tidak ada pelacur,” kata Buya.

Lelaki itu terheran-heran dan mengatakan: Ah, mana mungkin Buya! Di Makkah saja ada kok. Pasti di Amerika jauh lebih banyak lagi,” katanya.

Buya Hamka pun menjawabnya dengan kalimat yang sangat bijak, khas seorang ulama.

“Kita memang hanya akan dipertemukan dengan apa yang kita cari. Jika yang dicari adalah keburukan, maka keburukan itulah yang akan kita temukan, meskipun berada di tempat suci,” jawab Buya.

“Sebaliknya, meski pergi ke tempat yang buruk, jika yang kita cari adalah kebajikan, maka segala kejelekan akan enggan dan bersembunyi. Kita hanya akan menemukan kebaikan,” jawab Buya.

Kisah ini, relevan dengan kondisi Pilkada saat ini. Berbagai pihak, khususnya para pendukung para calon, terlihat sibuk mencari kelemahan dan kekurangan lawan politik, seakan-akan itu menjadi tujuan utama dalam proses demokrasi.

Selalu berpikir, bahwa jagoannya yang paling baik dan benar. Sementara lawan yang laing buruk. Segala macam direkayasa, demi menjatuhkan lawan.

Bukannya berfokus pada gagasan, solusi, atau visi untuk kesejahteraan rakyat, tetapi yang terlihat justru upaya untuk memperbesar celah-celah negatif lawan, demi menjatuhkan popularitasnya.

Strategi ini tidak hanya merugikan pihak yang diserang, tapi juga merusak moralitas politik dan mengurangi kualitas demokrasi, dan merusak jiwa para penyerang dan pembenci.

Masyarakat sering kali disuguhi berbagai tudingan, rumor, hingga hoaks, yang membuat perhatian mereka teralihkan dari hal-hal substantif seperti program pembangunan, kesejahteraan, dan kebijakan publik yang pro-rakyat.

Buya Hamka mengajarkan, apa yang kita temukan di sekitar kita, sering kali mencerminkan apa yang ada di hati kita. Jika kita mencari kebajikan, maka itulah yang akan muncul, bahkan di tengah hiruk-pikuk dunia yang penuh dengan kekurangan.

Sebaliknya, jika yang dicari adalah keburukan, keburukan itulah yang akan hadir, meskipun kita berada di lingkungan yang suci dan penuh kebaikan.

Dalam konteks Pilkada, masyarakat Sulawesi Tengah diharapkan dapat lebih bijak menyaring informasi, dan fokus pada nilai-nilai yang lebih positif, bukan sekadar terpancing oleh serangan terhadap lawan politik.

Semoga dengan cara demikian, kita bisa memilih pemimpin yang benar-benar membawa perubahan baik, tanpa perlu tersesat dalam labirin kebencian dan fitnah.

Maka, renungan untuk para pemilih, lihatlah calon yang baik, kita akan temukan yang baik pula.

Pada akhirnya, pemilih memiliki peran penting, dalam menentukan arah demokrasi di Sulawesi Tengah. Alih-alih terjebak dalam isu negatif, mari kita fokus mencari kebajikan dari setiap calon yang berlaga.

Karena, seperti kata Buya Hamka, kita akan selalu dipertemukan dengan apa yang kita cari. Mari Beramal, selamat berakhir pekan. (*)

Ruslan Sangadji